Presiden Iran: Kaum Shiah dan Sunni – harus bersatu

Laman pikiran-rakyat.com memberitahu, dalam pidato pada upacara pembukaan Konferensi Kesatuan Islam Internasional di Teheran pada 27 Desember 2015, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan warga Muslim “harus menghapus citra negatif Islam dari dunia maya dan kehidupan nyata sekarang ini”. Rouhani mengecam warga Muslim “yang diam melihat seluruh pembunuhan dan pertumpahan darah” di Suriah, Irak dan Yaman. Ditambahkannya, konflik di Irak dan Suriah hanya memberi keuntungan bagi Israel dan mereka yang menentang warga Muslim.
 Rouhani juga membantah opini bahwa negaranya berupaya membentuk “Shi’iite crescent” atau “bulan sabit Syiah’ – kawasan yang didominasi kaum Syiah di Timur Tengah, mulai dari Lebanon hingga ke Suriah dan Irak. “Tidak ada bulan sabit Syiah atau Sunni. Kita hanya memiliki bulan Islam. Kita – warga Muslim di dunia – harus bersatu”, tegasnya.

Yubileum Gereja Protestan di Indonesia dan di Maluku

Pada tahun 2015 yang berujung tiba HUT bulat ke-410 (ke-200 sebagai badan hukum) Gereja Protestan di Indonesia (GPI) serta ke-80 anaknya Gereja Protestan Maluku (GPM). GPI adalah gereja Protestan tertua dan salah satu terbesar di Indonesia yang didirikan di Pulau Ambon pada th. 1605 oleh misionaris Belanda dengan nama "De Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indie" (Indische Kerk), kelak pusatnya pindah ke Batavia (Jakarta). Pada th. 1815 pemerintah mendaftarkan Indische Kerk sebagai badan hukum (baru rampung pada tn. 1835). Gereja beraliran Reformed, y.i. aliran negeri di Kerajaan Belanda. GPI pada abad ke-20 menjadi "payung", keesaan dari 12 Sinode Gereja Bagian Mandiri regional. Salah satu mereka ialah Gereja Protestan Maluku yang didirikan pada th. 1935 di bawah GPI dengan pusat di Ambon.
 Dua orang tokoh Gereja Protestan ini yang terkenal adalah misionaris Belanda Yoseph Kam dinamai Rasul Maluku yang berkarya di sana pada th. 1817-1833 dan sesepuh Gereja pada th. 1922-1937, misiolog, Dr. Hendrik Kreamer (1888-1965) dari Belanda, akhirnya dia memprotes tindakan pemerintah Belanda yang agresi militer ke Indonesia pada th. 1947-1948-an.

Orang Ambon di gereja, Th 1943 (sumber foto: www.wikimedia.org)

Saatnya Rayakan Pluralisme Agama

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1437 Hijriah dan perayaan Natal 2015 yang hampir bersamaan menjadi momentum meneguhkan kembali semangat persaudaraan, kabarnya laman print.kompas.com. Inilah saatnya merayakan keberagaman yang menjadi pengikat sosial kebangsaan Indonesia. Ikatan sosial dari keberagaman suku, agama, ras, dan golongan harus tetap dipertahankan untuk menjaga kelangsungan Indonesia. Demikian benang merah pendapat Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pendeta Henriette TH Lebang, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Kiai Haji Said Aqil Siradj, Ketua Bidang Kerukunan Umat Beragama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yusnar Yusuf, dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Suhadi Sendjaja yang ditemui dan dihubungi terpisah pada Selasa 22 Desember 2015.
 Said mengatakan, pada hakikatnya perbedaan merupakan hal lumrah di Indonesia. Justru karena perbedaan itulah Indonesia lahir dan terus bertahan hingga saat ini. “Untuk itu, tidak ada alasan kita mempermasalahkan perbedaan itu,” ujarnya. Menurut Said, akhir-akhir ini persatuan Indonesia yang sudah terjaga itu coba diganggu oleh ideologi asing. Ideologi itu ingin memecah belah persatuan Indonesia. Menyongsong peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 24 Desember dan Natal pada 25 Desember ini, Said mengatakan bahwa inilah momentum yang sangat tepat untuk menguatkan kembali persatuan Indonesia dan semangat kebersamaan yang selama ini telah terjalin. “Tunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang bisa menerima perbedaan. Hal ini penting untuk melawan atau menangkal perkembangan ideologi radikal yang sudah mulai masuk ke Indonesia,” tutur Said.

Perayaan Hari Natal Nasional 2015 di Kupang Hendaknya Meriah Namun Sederhana

Perayaan Hari Natal Nasional 2015 pada tanggal 28 Desember 2015 di Kupang, Nusa Tenggara Timur, hendaknya dirayakan secara meriah namun sederhana, kabarnya laman pgi.or.id. Karena hal ini tidak mudah, maka perlu dipersiapkan sebaik-baiknya. Perayaan Hari Natal Nasional 2015 mengambil tema Natal PGI-KWI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia serta Konferensi Waligereja Indonesia - Catatan dari Dr. Igor Popov, LLM) 2015 yaitu “Hidup Bersama Sebagai Keluarga Allah”. Seluruh aksi sosial yang dilaksanakan dalam Perayaan Hari Natal Nasional 2015 termasuk bakti sosial berupa pengobatan gratis di Kabupaten Alor, dengan target 1900 pasien, sunatan massal, operasi katarak, pembagian sembako, santunan ke panti asuhan dan panti rehabilitasi kusta, baik yang dikelola gereja maupun pesantren, bantuan kepada gereja yang terkena gempa, dan pengeboran sumber air bersih di tiga lokasi.
 Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo menunjuk Kupang, Ibu Kota NTT sebagai lokasi penyelenggaraan Perayaan Hari Raya Natal Nasional 2015. Perayaan Hari Natal Nasional akan digelar pada 28 Desember di alun-alun rumah jabatan Gubernur NTT, dan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong ditunjuk sebagai Ketua Panitia Natal Nasional 2015.

Presiden berencana keliling Indonesia Timur dalam rangka Natal

Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam jumpa pers setelah Rapat Terbatas terkait dengan persiapan Natal dan Tahun Baru 2016 di Kantor Presiden Jakarta, kabarnya laman antaranews.com, mengatakan bahwa Presiden merencanakan keliling ke Indonesia Timur dalam rangka Natal dan akan kembali sebelum tahun baru ke Jakarta. “Presiden merencanakan 5, 6, 7 hari ke Kupang, Papua, dan sekitarnya,” kata Pramono yang pada kesempatan jumpa pers itu didampingi Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti dan Menteri Perhubungan Ignatius Jonan. Ia menambahkan bahwa pada prinsipnya pemerintah telah siap untuk menyambut Natal dan Tahun Baru 2016.
 Pramono menambahkan bahwa Presiden Jokowi ingin agar saat menyambut Natal dan Tahun Baru, masyarakat merayakannya secara sederhana dan tidak berlebihan untuk memberikan keteladanan yang baik kepada sesama. “Kita juga perlu memberikan keteladanan kepada semuanya bahwa perayaan bisa berjalan dengan baik tanpa harus berlebihan, terutama yang diselenggarakan oleh hotel-hotel di berbagai tempat mudah-mudahan ini juga tidak menimbulkan kecemburuan,” katanya.

Masyarakat Kesadaran Krishna terdaftar sebagai badan keagamaan

Sumber foto: www.iskconid.org
Gerakan Hindu Kresna di Indonesia terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI sebagai badan keagamaan mandiri "Perkumpulan International Society for Krishna Consciousness (ISKCON)". Dahulu, pada tanggal 1 Januari 2002, mereka telah mendirikan SAKKHI (Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia) untuk bertindak sebagai perantara antara pihak anggota perkumpulan yang jumlahnya terus bertambah dengan Parisada Hindu Dharma Indonesia.
 ISKCON adalah paling umum di dunia gerakan baru Hindu Waisnawa dan Bhakti yang dikenal dari kirtannya (nyanyian umum mantra Hare Krisyna disertai musik) serta festival di tempat-tempat umum.

Keponakan Pendeta Mangentang Resmi Memimpin GKSI

Rangkaian acara Sidang Sinode Am IV Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) secara resmi ditutup, kabarnya laman reformata.com. Melalui persidangan yang berlangsung sejak tanggal 17 November itu nama Pendeta Marjiyo S.Th yang mewakili Badan Pengurus Wilayah Jawa Tengah (BPW GKSI Jateng) keluar sebagai Ketua Umum Sinode GKSI yang baru. Hamba Tuhan yang memiliki hubungan keluarga dengan Pendeta Matheus Mangentang ini terpilih setelah berhasil mengantongi 116 suara melalui sebuah mekanisme pemilihan yang diselenggarakan secara demokratis dan transparan di Villa Myko, Cisarua, Jawa Barat (20/11). Sidang Sinode Am GKSI IV ini dihadiri oleh seluruh BPW GKSI se-Indonesia yang memiliki hak pilih sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART) GKSI.
 Saat ditemui Reformata usai ditetapkan sebagai Ketua Sinode GKSI,  Marjiyo menyatakan bahwa ia akan terus melanjutkan amanat  pekerjaan Tuhan yang telah dipercayakan kepada GKSI. Ketika diminta menanggapi perpecahan yang ada di tubuh GKSI, yakni hasil Sidang Istimewa GKSI TMII dan versi Pendeta Mangentang.  Marjiyo menegaskan dirinya akan  tetap menjadikan AD ART GKSI, sebagai dasar sebuah keabsahan dalam berorganisasi di GKSI.Pendeta Marjiyo secara resmi menjadi Ketua Umum Sinode GKSI setelah berkompetisi ketat dengan Pendeta Ruswang yang mewakili BPW Jawa Barat. Baik Marjiyo maupun Ruswang dikenal sebagai figur dengan rekam jejak yang baik selama melayani di GKSI. (GKSI adalah gereja reformed yang didirikan pada Th 1998 - Catatan dari Dr. Igor Popov.)

Pendiri Gereja Minahasa Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Kabarnya laman reformata.com, salah satu tokoh pendiri Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), Bernard Wilhelm Lapian menerima penganugerahan gelar pahlawan nasional dari pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya. Upacara penganugerahan gelar pahlawan itu digelar di Istana Negara, Jakarta pada 5 Nopember y.b.l. B.W. Lapian sangat aktif dalam pergerakan melawan penjajah. Ia menjadi tokoh sipil yang menonjol pada zamannya, bersama Letkol CH Taulu, B.W. Lapian terlibat dalam peristiwa heroik Merah Putih pada tanggal 14 Februari 1946 dalam merebut tangsi militer Belanda di Teling Manado.

Kesamaan Tradisi Satukan NU dan Syiah

Dalam diskusi bertema “Islam Madani dan Islam Nusantara; Corak Islam Indonesia” yang diselenggarakan oleh Rumah Madani, Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI), di Kalibata, pada 27 Nopember y.b.l., cendekiawan muda Nahdlatul Utama (NU), Zuhairi Misrawi kata “Menurut Gus Dur, dalam gempuran globalisasi yang menyerang identitas dan jatidiri kita ini, selama tradisi-tradisi kita seperti tahlilan, maullidan, shalawatan, ziarah itu masih ada, kita tak akan mampu dirusak oleh Barat. Juga oleh Arabisasi Islam, itu”, kabarnya laman ahlulbaitindonesia.or.id. Yakni bahwa sesama Muslim itu harus saling belajar. Yang NU belajar dari Syiah, yang Syiah belajar dari NU.

Gereja Masehi Injili di Minahasa, Perkunjungan dan Pelayanan Natal

Perkunjungan dan pelayanan di sejumlah rumah sakit yang digelar Panitia Perayaan Menyambut Natal Komisi Pelayanan Anak Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) berlangsung sukses, memberitahukan laman gerejawi gmim.or.id. Dalam pelayanan tersebut, sekitar 87 anak yang sedang dirawat di sejumlah rumah sakit didoakan untuk proses perawatannya dan pelayanan kasih berupa hadiah Natal. Sedangkan untuk acara puncak, yaitu ibadah perayaan menyambut Natal digelar pada Minggu, 6 Desember di Aula Serbaguna Pemerintah Kota Manado.

Imam Masjid Perlu Perlindungan Asuransi Syariah

Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) mendukung gagasan Ikatan Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) untuk melindungi para Imam masjid dengan asuransi kesehatan syariah, mengikut laman dmi.or.id.
 Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup para imam, marbot, dan pengurus masjid. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PP DMI, Drs. H. Imam Addaruqutni, MA., menyatakan PP DMI mendukung usulan dan langkah-langkah Ketua Umum PP IPIM, Prof. Dr. KH. Ali Musthofa Yaqub, yang mengimbau masjid agung dan masjid raya seluruh Indonesia untuk melindungi para imam, marbot dan pengurus masjid dengan asuransi syariah, “Itu usul yang bagus, sebaiknya terlaksana, khususnya untuk imam dan marbot masjid. Selama ini, imam-imam masjid hanya memperoleh honorarium, namun tidak mendapatkan asuransi kesehatan,” tutur Imam pada Rabu (25/11). “Pembiayaan asuransi imam berasal dari dana jamaah yang sudah direlakan kepada masjid dalam bentuk infaq. Jadi, harus ada penyesuaian dengan kapasitas dan kemampuan dana dari masing-masing masjid,” ungkapnya.

Wisuda Angkatan Pertama Perbandingan Agama Khonghucu di Universitas Islam Jakarta

Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta menggelar prosesi wisuda yang ke-98, pada 28 November 2015. Menurut laman matakin.or.id, pada kesempatan itu Fakultas Usuhuluddin, Prodi Perbandingan Agama, Konsenterasi Agama Khonghucu angkatan pertama mengikuti prosesi Wisuda Master Agama (S2).