Universitas Katolik Sanata Dharma Tolak Copot Baliho dengan Model Mahasiswi Berhijab

Universitas Katolik Sanata Dharma Yogyakarta akan menolak menurunkan baliho yang didalamnya terdapat seorang mahasiswi mengenakan jilbab jika Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) memintanya. “Jika mereka (FUI) datang, kita tidak akan langsung menurunkan (baliho),” ujar Romo Gregorius Budi Subanar, Dosen Program Pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, seperti dilansir dari The Jakarta Post, mengutip laman bataktoday.com. Spekulasi pemaksaan penurunan baliho berkembang setelah FUI baru-baru ini memaksa pihak Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta untuk menurunkan baliho perguruan tinggi tersebut yang juga mengandung gambar seorang mahasiswi mengenakan hijab. “Pimpinan universitas mengatakan bahwa keberatan harus didasarkan pada peraturan yang ada dan disampaikan melalui saluran formal, melalui pemerintah daerah (Kabupaten Sleman) yang menerbitkan izin baliho. Ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua,” ucap Budi. Selain satu baliho di dalam lingkungan kampus, terang Budi, pihak Universitas Katolik Sanata Dharma juga memasang baliho dengan gambar yang sama di Jl Magelang  dan Jl Urip Sumohardjo, dua jalan utama menuju kampus Universitas Sanata Dharma. “Salah satu (baliho) di dalam kampus, itu seperti di dalam rumah, tidak dapat diturunkan,” katanya. Romo Budi menegaskan, universitas yang sudah berdiri 61 tahun tersebut mendidik mahasiswa tanpa diskriminasi. “Sanata Dharma menerima mahasiswa dari beragam etnis dan agama. Kami memiliki siswa dari 33 provinsi,” tambahnya. Terpisah, Ardiya Dewi Nurahma, mahasiswi Sanata Dharma yang mengenakan hijab menjelaskan bahwa dia tidak memiliki pengalaman diskriminasi di kampus tersebut. Dia juga menjelaskan, pihak universitas menyediakan mushola bagi mahasiswa/i Muslim. “Tidak benar terjadi kritenisasi di kampus ini,” ujar Ardiya.
 Untuk diketahui, sebelumnya Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) Yogyakarta mengajukan protes atas baliho Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta yang menampilkan gambar model berjilbab. Menurut FUI gambar tersebut merupakan ajakan kepada umat muslim untuk masuk ke perguruan tinggi itu. Menanggapi protes FUI, Universitas Kristen Duta Wacana  langsung mencopot baliho yang dipasang di beberapa wilayah, termasuk di dalam kampus itu sendiri. “Ada yang datang dan meminta baliho itu diturunkan, mengaku dari perwakilan organisasi massa Islam,” kata Rektor Universitas Kristrn Duta Wacana Yogyakarta, Henry Feriadi, di kampusnya, Kamis (8/12/2016). Menurut Henry, pada hari Rabu kemarin beberapa orang yang mengaku dari FUI Yogyakarta meminta pihaknya menurunkan baliho. Setelah datang pertama pada pagi hari, mereka datang lagi pada siang hari dengan maksud dan tujuan yang sama. Henry menuturkan, model berhijab yang ada dalam baliho itu memang betul-betul mahasiswi di kampusnya. Menurutnya, ada 3.800 mahasiswa yang kuliah di Universitas Kristen Duta Wacana.
 “Tujuh persen mahasiswa kami adalah muslim,” katanya.
 Sementara itu, Ketua DPRD Kota Yogyakarta Sujanarko meminta Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X segera mengambil sikap untuk menyelesaikan kasus intoleransi yang dilakukan FUI. Sujanarko mengatakan, kasus intoleransi tidak hanya terjadi di Kota Yogyakarta, tapi juga di Kabupaten Bantul belum lama ini. Serangkaian kasus intoleransi itu, menurut Sujanarko, mencoreng Yogyakarta yang dikenal sebagai The City of Tolerance atau kota yang toleran. “Tindakan FUI berlebihan. Ngarso dalem harus hadir dan bicara untuk mengayomi warga Yogyakarta,” kata Sujanarko ketika dihubungi, Kamis (8/12/2016). Dia menduga, apa yang dilakukan FUI merupakan rentetan dari aksi demonstrasi di Jakarta, di antaranya demonstrasi 2 Desember 2016. Aksi demonstrasi besar-besaran itu merembet ke daerah dan menjadi momentum bagi tindakan intoleransi. Sujanarko juga meminta kepolisian dan forum pimpinan daerah untuk bersikap tegas terhadap FUI. Menurutnya, polisi seharusnya melindungi lembaga pendidikan yang mendapat ancaman. Pemerintah, kata dia, tidak boleh kalah oleh FUI. Dia juga meminta lembaga pendidikan untuk bertahan dan tidak tunduk pada FUI. Ia juga meyakini mayoritas masyarakat Yogyakarta mendukung toleransi. “Bukankah ketika masuk kampus mahasiswa tidak memilih agamanya apa. Di UKDW kan banyak juga mahasiswa muslim. Semestinya teman-teman FUI memahami hal itu,” kata Sujanarko. Sebelumnya, M Fuad Andreago, Koordinator Anggota Muda Forum Umat Islam Yogyakarta mengatakan, pihaknya meminta lembaga pendidikan non muslim tidak menggunakan model berhijab, yang menurutnya merupakan salah satu lambang atau simbol umat Islam. “Lha, mereka jelas universitas dengan label Kristen, itu kan tidak benar,” kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar