Mendagri Tegaskan Hanya 6 Agama yang Bisa Masuk KTP-el

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo menegaskan kolom agama di KTP-el hanya boleh diisi enam agama yang diakui Undang-Undang. Keenam agama itu: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu.
"Bagi pemerintah pada saat itu saya sampaikan, yang prinsip enam agama sesuai Undang-undang itu harus masuk. Di kolom itu kan agama, kepercayaan itu kan bukan agama," kata Tjahjo di Jakarta Pusat, Senin 24 Juli 2017, dilansir metrotvnews.com. Tjahjo memberi solusi bagi anggota Ahmadiyah di Manislor, Kuningan, Jawa Barat yang tak mendapat KTP-el lantaran kepercayaannya. Dia menyarankan supaya kolom agama tidak diisi. "Saya dulu kan sudah sepakat, Majelis Ulama sepakat, Depag (Kemenag), tokoh agama sepakat, oke dikosongin, tapi di bukunya (data Disdukcapil) ada. Tapi mereka tidak mau," imbuh dia. Tjahjo menyebut, kasus serupa tidak hanya terjadi di Kuningan, tetapi banyak di Indonesia termasuk Bangka Belitung dan Madura. "Ada Sunda Wiwitan, ada beberapa lah, puluhan termasuk Ahmadiyah," beber dia. Terkait anggapan anggota Ahmadiyah yang mengklaim kepercayaan mereka sebagai bagian agama Islam, sehingga kolom agamanya boleh diisi Tjahjo punya pendapat lain. "Kalau bagian-bagian ya repot dong, yang Islami saja tidak mengakui," tandas dia. Ribuan anggota jemaah Ahmadiyah di Manislor tidak memiliki KTP-el selama lima tahun terakhir. Disdukcapil mensyaratkan pengambilan KTP-el harus disertai surat pernyataan mengucapkan kalimat syahadat dan bersedia dibina. Hal ini dianggap anggota Ahmadiyah sebagai bentuk intimidasi dan melanggar peraturan.

Panitia Dialog Islam Khonghucu dan Kongres Agama Khonghucu Dunia diterima oleh Menag

Panitia Dialog Islam Khonghucu dan Kongres Agama Khonghucu Dunia di dampingi oleh Ketua Umum Matakin, Drs. Uung Sendana L. Linggaraja, S.H., diterima oleh Menteri Agama RI, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, yang didampingi Kapus Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu Kemenag RI, Kamis, 20 Juli 2017 di ruang Menteri Agama, Lapangan Banteng Jakarta. Perwakilan Panitia Dialog Islam Khonghucu dan Kongres Agama Khonghucu Dunia yang hadir, K Ws. Ir. Budi S. Tanuwibowo M.M (Ketua Panitia), Ws. Ir. Wawan Wiratma dan Js. Liem Liliany Lontoh. Seperti diwartakan matakin.or.id, dialog Islam Khonghucu rencananya akan dilaksanakan di Jakarta pada tgl. 16 Oktober 2017/27-8-2568 Kongzili, dilanjutkan dengan Kongres Agama Khonghucu Dunia pada tanggal 17-18 Oktober 2017.

AYD 2017: Keuskupan Malang Siap Tamu dari Mongolia, Vietnam, Singapura, dan Lainnya

Gelaran AYD 2017 sebentar lagi akan dilaksanakan di Indonesia dengan mengambil tempat di Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang. AYD akan berlangsung mulai 30 Juli s.d 6 Agustus 2017, namun sebelumnya para kontingen akan menikmati Day in Dioces (DID) pada 29 Juli s.d 1 Agustus 2017, kabarnya sesawi.net. Keuskupan Malang termasuk salah satu yang menyambut kontingen dalam DID dari antara 11 Keuskupan. Ada sembilan paroki di Keuskupan Malang yang akan ditempati kontingen AYD yakni: Paroki Katedral, Paroki Kayutangan, Paroki Lely, Paroki Blimbing, Paroki Ksatrian, Paroki Janti, Paroki Langsep, Paroki Tidar dan Paroki Batu. Masing-masing paroki sudah sejak bulan Mei 2017 telah menawari  keluarga-keluarga katolik yang memiliki orang muda katolik (OMK) untuk berkenan menerima tamu-tamu ini. Keuskupan Malang akan menerima kontingen dari negara:  Mongolia, Vietnam, dan Singapura serta dari Keuskupan Atambua, Keuskupan Kupang dan Keuskupan Malang sendiri, dengan jumlah tamu luar negeri 77 orang, dalam negeri 104 orang sehingga total 181 orang.

Perawan Maria hingga Baby Ingin Masuk Islam, Feby Indirani Rilis Kumcer

Penulis Feby Indirani baru saja menerbitkan karya terbaru yang termuat dalam bentuk buku kumpulan cerita. Diterbitkan oleh Pabrikultur, sebanyak 19 cerita berhasil ditulisnya dengan menggelitik dan penuh kocak. Ada kisah seekor babi bernama Baby yang bercita-cita ingin masuk agama Islam. Ada juga Maria yang hamil tanpa disetubuhi oleh pria. Serta cerita tentang seorang warga yang merencanakan ingin membunuh muazin.

Warga Ahmadiyah di Manislor Kuningan Keluhkan Sulitnya Dapat KTP

Warga Manislor, Kuningan, Jawa Barat (Jabar) yang mengaku tergabung dalam Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) mengeluhkan tentang masalah KTP. Mereka mengaku tidak mendapatkan KTP dalam beberapa tahun terakhir. "Masalah e-KTP ini kita sudah cukup lama, dari tahun 2015 sampai sekarang memperjuangkan, bagaimana hak-hak warga negara kami di Manislor ini. Tapi sebelum itu yang perlu kita garisbawahi bahwa kami di sini dari Jamaah Ahmadiyah, poinnya adalah bahwa kami di sini duduk lebih kepada memfasilitasi, mendampingi hak-hak daripada warga negara," ujar juru bicara JAI Yendra Budiandra

Jemaat Ahmadiyah Indonesia sebagai komunitas dengan anggota pendonor kornea mata terbanyak

Tercatatnya Jemaat Ahmadiyah Indonesia sebagai komunitas dengan anggota pendonor kornea mata terbanyak secara berkesinambungan oleh Museum Rekor Indonesia mendapat perhatian khusus tidak hanya dari tokoh agama dan intelektual, namun juga warganet, dilansir di warta-ahmadiyah.org. Lewat  akun twitternya, tokoh muda Nahdlatul Ulama, Zuhairi Misrawi memposting foto saat Amir Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Mln. Abdul Basith, Shd menerima piagam penghargaan dari Pendiri Museum Rekor Indonesia, Jaya Suprana. Tidak hanya itu, dalam sambutannya di Gedung Baiturahmat, Jakarta Pusat,  Sabtu (22/7), pria yang akrab disapa Gus Mis ini menilai langkah yang diambil Jemaat Ahmadiyah Indonesia ini harus mendapat apresiasi dari pemerintah pusat, dalam hal ini kementrian kesehatan. “Kementrian kesehatan harusnya mensosialisasikan penghargaan yang diraih jemaat Ahmadiyah ini ke daerah-daerah lewat dinas terkait. Ini juga simbol perwujudan Pancasila dan kemanusiaan,” ujarnya. Sementara itu Jemaat Ahmadiyah Indonesia lewat siaran persnya, merilis sebanyak  6.800 orang anggotanya telah tercatat sebagai calon donor mata di Bank Mata dan menargetkan tahun ini terus cepat mencapai 10.000 ribu orang calon donor mata.

Putri Keraton Surakarta Beralih Jadi Pemeluk Hindu


Upacara Sudhi Wadani untuk prosesi ritual beralih ke agama Hindu ini telah dijalani KRA Mahindrani di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari, Desa Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara pada Soma Pon Ugu, Senin (17/7). Upacara Sudhi Wadani untuk KRA Mahindrani di Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari, Senin kemarin, dipuput oleh Sari Galur Wiku Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun, sulinggih dari Kedhatuwan Kawista Bali, Desa Blatungan, Kecamatan Pupuan,Tabanan. Prosesi tersebut dihadiri pula AA Gede Agung Bagus Suteja, Raja dari Puri Agung Jembrana selaku Ketua Paiketan Puri-puri Sejebag Bali. Prosesi ritual yang dijalani putri Keraton Surakarta ini, antara lain, Sudhi Wadani, Wisuda Wangsa, Pawintenan, Mapuja, Gita Puja, dan Doa Bersama. Dipilihnya Pura Luhur Catur Kanda Pat Sari sebagai lokasi upacara Sudhi Wadani untuk KRA Mahindrani, karena melihat dari kondisi dan tata letak pura yang unik. Dari namanya yang terkandung yakni Kanda Pat, diyakini pura ini sesuai dengan kebudayan Hindu Jawa dan Sunda Wiwitan.
 Sebelum secara sah menjadi pemeluk Hindu, KRA Mahindrani lebih dulu dituntun Sari Galur Wiku Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun untuk mengucapkan beberapa kutipan mantra, yang disebut dengan sumpah. Ada pun mantra yang diucapkan adalah ‘Om narayana nerwedam sarwam yad bhutam yad ca bahweam, niskalan ko neranjana nerwekalpo, nirakyata sudha dewa eko, narayana na dwityo asti kascit’. Dilanjutkan dengan permohonan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa yakni ‘Om Hyang Widi, di hadapanmu aku berjanji bahwa engkau adalah sumber dari segala sumber kehidupan’ KRA Mahindrani merupakan salah satu trah Keraton Surakarta yang lahir di Roma, Italia. Dia merupakan seorang musisi---menekuni seni musik. Ketertarikannya pada agama Hindu, dilandasi adanya kemiripan kebudayaan Hindu Bali dengan kebiasaan yang dilakukannya selama di Jawa, yakni ajaran Kejawen. "Saya sering melaksanakan ritual tirta yatra (perjalanan suci) ke pura-pura yang ada di Bali mapun luar Bali," tutur perempuan berusia 56 tahun ini. KRA Mahindrani mengisahkan, lama-kelamaan dia merasa nyaman dan menemukan kedamaian setelah melakukan rajin melakukan tirta yatra. Secara sadar, dia merasakan diri lebih condong melakukan kebiasaan umat Hindu tinimbang Islam. Itu sebabnya, dia kemudian memutuskan untuk memilih jalan dharma. Panggilan masuk Hindu semakin kuat setelah KRA Mahindrani tinggal di Puri Anyar Pemecutan, Denpasar tahun 2013 silam. "Saya sebenarnya sudah lama melakukan aktivitas-aktivitas seperti tirta yadnya dan kegiatan Hindu lainnya. Hanya saja, baru diresmikan dengan upacara Sudhi Wadani hari ini (kemarin). Saya masuk Hindu tanpa paksaan, melainkan atas kemauan sendiri," tegas KRA Mahindrani. Setelah resmi menjadi umat Hindu, ke depan KRA Mahindrani berencana membangun Pasraman Hindu di kawaswan Tabanan. “Hal ini sebagai bentuk keseriusan saya untuk masuk agama Handu. Selain itu, niat yang kuat serta dukungan dari keluarga yang membuat tekad saya bulat dan serius untuk menganut agama Hindu dan kembali ke jalan dharma,” katanya.
Sumber: nusabali.com

Bimbingan Teknis (Bimtek) Multimedia untuk Remaja Masjid Bersejarah

Masjid Tua Wapauwe, Ambon Th 1414 (Sumber foto: wikimedia.org)

Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, akan menyelenggarakan kegiatan bertajuk Bimbingan Teknis (Bimtek) Multimedia untuk Remaja Masjid Bersejarah pada Rabu (12/7) hingga Sabtu (15/7) di Bandung, Jawa Barat (Jabar). Dalam rilisnya kepada DMI.OR.ID, Senin (10/7) siang, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud RI, menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk Membangun Peradaban Bangsa. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai tindak lanjut dari rekomendasi Takmir Masjid Indonesia dalam Forum Diskusi Terpumpun Masjid dan Arsitektur Masjid Kontemporer Indonesia pada Jumat (28/4) hingga Sabtu (29/4) di kota Jakarta.
 Adapun peserta yang diundang dalam Bitek Multimedia itu ialah remaja masjid dengan usia maksimal 35 tahun dari sejumlah masjid bersejarah di Indonesia seperti Masjid Agung Sang Ciptarasa (Kasepuhan), Masjid Raya Cipaganti, Masjid Negara Istiqlal, Masjid Keraton Kanoman, Masjid Mantingan, Masjid As-Syuro (Garut), dan Masjid Salman – Institut Teknologi Bandung (ITB). DIundang juga remaja masjid dari Masjid Merah Panjunan Sunan Gunung Jati, Masjid al-Wustho Mangkunegaraan, Masjid Agung Nur Sulaiman (Banyumas), Masjid Jami’ al-Anwar Lampung, Masjid Jami’ Bengkulu (Bung Karno), Masjid Darussalam, Masjid Agung Sumenep, Masjid Kuno Bayan Beleq, Masjid Agung al-Azhar, Masjid (Pesantren) Tebuireng, dan Masjid Agung Banten. Turut diundang remaja masjid dari Masjid Baitul Ihsan Bank Indonesia, Masjid Agung Sunda Kelapa, Masjid Sultan Suriansyah, Masjid Jogokariyan, Masjid Gedhe Kauman, Masjid Tua al-Hilal Katangka, Masjid Agung Palembang, Masjid Pabelan, Masjid Agung Jawa Tengah, Masjid Agung Demak, Masjid Agung Sunan Ampel, dan Masjid Raya Sultan RIau (Pulau Penyengat). Remaja masjid dari Masjid Cut Meutia, Masjid al-Markaz al-Islami (Makassar), Masjid Agung Darussalam (Palu), Masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor, Masjid Raya Baiturrahman (Aceh), dan Masjid as-Salam juga turut diundang dalam acara ini. Selain itu, akan hadir perwakilan dari Museum Bait al-Qur’an, Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP), dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Retret tahunan para Suster Dominikan

Perjumpaan Rasul Thomas dengan Yesus yang terluka membawa perubahan. Kehadiran Thomas mewakili para suster Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di Indonesia atau Ordo Pewarta (OP) yang datang menjalankan retret dengan membawa berbagai pengalaman dan persoalan hidup, di antaranya pengalaman terluka yang hanya bisa tersembuhkan bila percaya kepada kuasa Yesus yang terluka. Seperti dilansir penakatolik.com, dalam retret tahunan para suster OP gelombang kedua di Yogyakarta, 3-9 Juli 2017, bertema ”Perutusan Pewarta Sukacita Injil,” mereka kembali diajak berefleksi apakah mereka menjadi pewarta sukacita dengan semangat melayani Tuhan (Do we share our own joy and enthusiasm in serving the Lord?).
 Gereja kini terancam karena kurang gerak untuk menemukan cara baru dalam pewartaan. “Gereja Katolik nyaris tidak terdengar, karena kurang menyapa dan menjumpai orang lemah dan hanya berkutat di sekitar altar,” kata Pastor Kris yang mengingatkan bahwa kaum religius menjadi kekuatan dan ujung tombak keberadaan Gereja dan tanpa mereka Gereja hampa dan tidak bergema.

90 Tahun Huria Kristen Indonesia, Gereja Pertama Pelopor Kemandirian

(Foto dari www.tengkuerrynuradi.com)
Hanya dalam hitungan hari, Huria Kristen Indonesia (HKI) telah merayakan pesta Jubelium ke 90 Tahun, yang diselenggarakan pada Sabtu 8 Juli hingga puncak acara Minggu 9 Juli 2017, di Lapangan Horbo, Jalan Farel Pasaribu Kota Siantar. Perayaan Jubelium HKI ini, merupakan renungan akan perbuatan Tuhan selama 90 Tahun kepada jemaat HKI, serta ungkapan rasa suka cita dan mengucap syukur kepada Tuhan. Berdasarkan laman hetanews.com, Ephorus HKI, Pdt M Pahala Hutabarat kata, HKI bersama - sama dengan pemerintah tetap berkomitmen memerangai isu radikalisme, terorisme dan narkoba. Selain itu, HKI juga mendukung program Presiden Jokowi untuk pengembangan dan pelestarian Danau Toba, seperti Badan Otorita Danau Toba (BODT)

Mgr Leteng tak hendaki imam tertahbis undur diri dari jabatan karena bukan pekerja sosial

Aksi protes sekelompok imam 12 Juni 2017 yang menyatakan pengunduran diri dari jabatan sebagai vikaris episkopal dan kepala paroki, dijawab oleh Uskup Ruteng Mgr Hubertus Leteng kepada Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI Pastor Kamilus Pantus Pr lewat WA tanggal 14 Juni 2017, diwartakan penakatolik.com, dengan mengatakan, “Sebagai Uskup, saya tidak menghendaki mereka mengundurkan diri dari jabatan karena mereka adalah orang yang t.” Jika mereka mengundurkan diri, lanjut Mgr Hubertus Leteng, seperti yang dilaporkan Pastor Kamilus Pantus dalam web KWI www.mirifica.net, 14 Juni 2017, hal itu akan sangat merugikan umat Allah yang membutuhkan pelayanan para imam. “Tapi jika mereka mati-matian mau mengundurkan diri, maka saya berharap mereka telah mempertimbangkan hal itu secara bertanggungjawab di hadapan Tuhan.”

Empat Suster Biarawati SFIC Ucapkan Triprasetya Kekal di Pontianak

EMPAT orang suster biarawati SFIC (Sororum Franciscalium ab Immaculata Conceptione a Beata Matre Dei) pada tanggal 15 Juni 2017 lalu mengucapkan triprasetya kekalnya di Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak, dilaporkan dalam laman sesawi.net. Sumpah setia kekal di dalam tarekat religius para Suster-suster Fransiskus dari Perkandungan Tak Bernoda Bunda Suci Allah dilaksanakan dalam sebuah perayaan ekaristi. Misa sederhana ini dipimpin oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus selaku selebran utama bersama sejumlah imam lainnya. Sumpah setia kekal ini diucapkan di hadapan pemimpin umum (provincial) SFIC yakni Sr. Irene SFIC yang didampingi anggota dewan pimpinan.Keempat suster biarawati SFIC yang mengucapkan triprasetya kekalnya di hadapan Pemimpin Umum SFIC dan Bapak Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus pertengahan bulan Juni 2017 lalu adalah:
Sr. Franciska Fitria SFIC.
Sr. Maria Seba SFIC.
Sr. Katarina Samini SFIC.
Sr. Lina Andriani SFIC.

PEMBANGUNAN ALTAR BUDDHA di VIHARA SAMYAG DARSANA BULELENG

Vihara Samyag Darsana yang terletak di desa Petandakan, Kabupaten Buleleng pada tahun 2017 ini merencanakan untuk membangun Altar Buddha Parinibbana. Pada tahun 2015 umat telah menyelesaikan perehaban Dharmasala dan pada tahun 2016 telah memindahkan bangunan bale kulkul.

Guru Agama Kurang, LP Maarif NU Kritisi Pemerintahan Jokowi

Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (LP Maarif NU) mengkritisi pemerintah lantaran di sekolah saat ini kekurangan guru agama hingga 21 ribu. Ketua Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama (LP Maarif NU), Arifin Junaidi mengatakan, kekurangan guru di sekolah tersebut muncul lantaran pemerintahan Jokowi kurang peduli terhadap pendidikan agama Islam. "Iya (pemerintah kurang peduli), pemerintah lebih mementingkan yang lain. Kalau pemerintahan Jokowi serius dengan revolusi mental maka pendidikan agama harus memperoleh perhatian berlebih," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (4/7). Ia mengatakan, kekurangan guru agama dapat berdampak besar terhadap pembekalan agama dan pembentukan karakter generasi bangsa. Karena itu, kata dia, pemerintah perlu mempercepat pengangkatan guru agama. "Tentunya dampaknya besar sekali. Jadi kalau misalnya kurang guru agama, sekolah-sekolah itu tidak bisa berjalan dengan baik, tentang pelajaran agama-agama Islam. Jadi sebenarnya kita juga masih butuh penambahan jam pelajaran agama Islam," ucapnya. Ia menambahkan, salah satu hal yang menyebabkan kurangnya guru agama di sekolah tersebut yaitu karena minimnya pengangkatan guru agama sebagai PNS. Ia membantah jika kekurangan guru tersebut karena disebabkan oleh kurangnya minat guru terhadap pelajaran agama.  "Jadi tidak benar kalau ini dikaitannya dengan turunnya minat menjadi guru agama," kata Arifin.

LEBARAN TOPAT: KERUKUNAN UMAT ISLAM DAN HINDU DI LOMBOK

Foto dari guidelombok.com
Hari ini, 2 Juli 2017, Minggu (bulan purnama keenam tahun Saka, yakni seminggu setelah Idul Fitri, selesai menunaikan puasa sunnah bulan Syawal) di seluruh pulau Lombok dirayakan Lebaran Topat atau Perang Topat (ketupat) sebagai syukur peringatan ulang tahun dan untuk memohonkan hujan dan kemakmuran. Hari Raya ini berasal dari adat Sasak kuno dan tetap dilaksanakan setelah penyebaran agama Islam di pulau baik umat Muslim Sasak walaupun orang Bali Hindu. Salah satu tempat upacara teristimewa adalah Pura Lingsar, tempat kerukunan umat Islam dan Hindu di Lombok (namanya berarti Suara air dalam bahasa Sasak). Berikut kami petikan bahan dari laman id.lombokindonesia.org tentang tempat itu.
 Mengujungi Pura Lingsar akan memberikan pandangan baru pada Anda, tentang keharmonisan serta kerukunan umat beragama. Bersumberkan laman id.lombokindonesia.org, bagi masyarakat Pulau Lombok, Pura Lingsar merupakan simbol kerukunan bahkan keharmonisan antar umat beragama, yaitu antara Hindu Bali-Lombok dengan Islam Sasak-Lombok. Pura Lingsar dibangun sekitar tahun 1714 oleh seorang pendatang dari Bali. Keberadaan Pura Lingsar yang sekarang telah mengalami banyak renovasi.
 Sebelum Anda memasuki area bagian dalam Pura Lingsar, Anda akan melewati sebuah taman dan kolam kembar yang dipenuhi dengan teratai. Di area dalam, Pura Lingsar terbagi menjadi tiga bangunan utama. Yaitu Gaduh, Kemaliq dan Pesiraman. Gaduh merupakan tempat suci bagi umat Hindu. Di area ini Anda akan menemui empat percabangan yang melambangkan Dewa-dewa yang menghuni dua gunung. Percabangan yang mengarah ke Timur adalah tempat pemujaan untuk dewa yang menghuni Gunung Rinjani. Sedangkan yang mengarah ke Barat adalah tempat pemujaan untuk dewa yang menghuni Gunung Agung. Ditengah percabangan ini ada dua persinggahan yang menyatu (gaduh) dan merupakan gabungan kedua percabangan tersebut.
 Jika Anda menuruni anak tangga yang berada di depan Gaduh, Anda akan menemui pintu masuk Kemaliq. Bangunan ini merupakan tempat suci bagi pemeluk Islam Wetu Telu. Namun pemeluk Hindu juga diperbolehkan beribadah di tempat ini.
 Di area Kemaliq ini, terdapat sebuah kolam kecil yang dihuni oleh Ikan Tuna. Ikan-ikan ini dianggap suci oleh masyarakat setempat. Menurut mitos, ikan-ikan tersebut merupakan jelmaan dari tongkat milik Datu Milir, seorang raja Lombok yang berdoa di tempat ini untuk memohon hujan. Masyarakat Hindu dan Islam Wetu Telu percaya bahwa jika Anda melihat Ikan Tuna tersebut, Anda akan mendapatkan keberuntungan. Anda bisa membawa sebuah telur rebus jika Anda ingin melihat ikan ini. Di kolam tersebut Anda juga bisa menyebutkan permohonan, serta melemparkan koin ke dalam kolam dengan tujuan agar permohonan Anda akan terkabul.
 Di sisi lain seberang dinding, Anda akan menemui sembilan pancuran. Empat buah pancuran masih berada di area Kemaliq, sedangkan lima lainnya berada di area Pesiraman. Pesiraman merupakan tempat untuk membasuh dan menyucikan diri. Air dari pancuran-pancuran tersebut dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Foto dari thelangkahtravel.com