Pengajian Selasa Sore di Pondok Pesantren Al-Hidayat Semarang telah mengkhatamankan tiga kitab karya KH Sholeh Darat. Pengajian dimulai sejak Oktober 2011 mengkaji kitab Majmū‘at al-sharī‘ah al-kāfiyah li al-‘awām, Matn al-Ḥikam, dan Munjiyāt Meṭik saking Ihyā’ ‘ulūm al-dīn. Setelah khatam pada minggu lalu, segenap santri dan beberapa warga sekitar pesantren berziarah ke makam Mbah Sholeh Darat di Bergota, Selasa (14/2/2017), menyampaikan Nu.or.id. “Kita berziarah kesini untuk meneladani karya-karya beliau,” tutur Pengasuh Pesantren Al-Hidayat KH In’amuzzahidin Masyhudi. Pada ziarah itu, jama’ah membaca surat Yasin, surat Tabarak (al-Mulk) dan surat al-Ikhlash 11 kali. Hal ini merupakan tuntunan yang diajarkan Mbah Sholeh Darat dalam Kitab Munjiyāt dalam tata cara berziarah ke kuburan. Ketua Komunitas Pecinta Mbah Sholeh Darat (KOPISODA) menjelaskan, banyak teladan yang dapat dipetik dari Mbah Sholeh Darat. Dia sangat tawadhu’ dalam keilmuan. Karya dia, lanjutnya, semua berbahasa Jawa Arab Pegon. Hal itu dikatakan KH Sholeh Darat karena tak bisa berbahasa Arab. Hal ini tentu tidak mungkin seorang alim dalam agama tak bisa berbahasa Arab pada ia mampu menerjemahkan dalam bahasa Jawa. Alasan lain Kiai In’am mengaji dan mengkaji karya Mbah Sholeh karena kecintaan dengan ulama Semarang. Siapa lagi kalau bukan kita yang melestarikan hasil pemikiran ulama terdahulu kalau tidak kita uri-uri. “Pengajian Selasa Sore selanjutnya akan membahas kitab Faṣalatān dan Laṭā’if al-ṭahārah wa Asrār al-ṣalāh,” tambah Syuriyah Nahdlatul Ulama Kota Semarang ini.
Catatan oleh Dr. Igor Popov: Mbah Sholeh Darat (nama lengkapnya adalah Muhammad Saleh bin Umar As-Samarani) lahir di Kedung Cemlung, Jepara pada th 1820 dan wafat di Semarang pada 1903, Beliau adalah guru bagi pendiri NU serta Muhammadiyah.
Foto: nu.or.id |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar