Menurut Canadian Jewish News (CJN), mewartakan satuharapan.com, di Indonesia sudah ada dua sinagoge. Satu di Jakarta dan satu lagi di Timika, Papua (ada pula di Tondano, Sulawesi Utara, - Catatan dari Dr. Igor Popov, LLM). Namun tak satu pun sinagoge ini memiliki gulungan kitab taurat (Torah scrolls).
Howie Sniderman, salah seorang anggota Sinagoge Beth Shalom di Edmonton, Kanada, terkesima tatkala mendengar hal itu. Apalagi disebutkan bahwa Rabi Ben Verbrugge, seorang pemimpin Yahudi yang tengah berupaya membangun komunitas Yahudi Indonesia, terpaksa membawa satu-satunya gulungan kitab Taurat dari satu tempat ke tempat lain bila hendak beribadah. Maka ia tergerak untuk membantu. Sebagai hasil dari upayanya, sebuah gulungan Taurat dari Beth Tzedek, sinagoge yang tidak beroperasi lagi di Edmonton, diberangkatkan dari Alberta ke Indonesia pada bulan Desember 2017. Gulungan Taurat itu tiba dengan selamat, tetapi perjalanannya cukup unik.
Sniderman pernah menghadiri ceramah yang disampaikan oleh temannya, Rabi David Kunin, yang menjabat sebagai pemimpin spiritual Komunitas Yahudi Jepang di Tokyo. Kunin sebelumnya memimpin sinagoga Beth Shalom di Edmonton selama 10 tahun, dan dalam sebuah kunjungan kembali ke kota itu pada musim panas yang lalu, dia berbicara tentang keterlibatannya di komunitas Yahudi di Indonesia. "Dia memberi tahu kami bahwa hanya ada satu gulungan Taurat di negara ini, yang dibawa berpindah-pindah dari satu komunitas ke komunitas lainnya. Salah satu item yang paling dicari oleh komunitas Yahudi di Indonesia, dia mengatakan, adalah gulungan Taurat," kenang Sniderman. Sebagai anggota komite eksekutif United Synagogue of Conservative Judaism (USCJ), Sniderman segera menghubungi kantor pusatnya di New York, meminta staf di sana mencari gulungan Taurat. Dalam waktu singkat, USCJ menemukan salah satu kongregasi yang tidak berfungsi di Pennsylvania. Tapi Sniderman juga menghubungi presiden Beth Tzedek di Edmonton, sebuah kongregasi Konservatif kecil yang baru saja ditutup, untuk mengetahui apakah dia akan mempertimbangkan untuk menyumbangkan salah satu gulungan Taurat. Sniderman mendapat jawaban "ya."
Sniderman pernah menghadiri ceramah yang disampaikan oleh temannya, Rabi David Kunin, yang menjabat sebagai pemimpin spiritual Komunitas Yahudi Jepang di Tokyo. Kunin sebelumnya memimpin sinagoga Beth Shalom di Edmonton selama 10 tahun, dan dalam sebuah kunjungan kembali ke kota itu pada musim panas yang lalu, dia berbicara tentang keterlibatannya di komunitas Yahudi di Indonesia. "Dia memberi tahu kami bahwa hanya ada satu gulungan Taurat di negara ini, yang dibawa berpindah-pindah dari satu komunitas ke komunitas lainnya. Salah satu item yang paling dicari oleh komunitas Yahudi di Indonesia, dia mengatakan, adalah gulungan Taurat," kenang Sniderman. Sebagai anggota komite eksekutif United Synagogue of Conservative Judaism (USCJ), Sniderman segera menghubungi kantor pusatnya di New York, meminta staf di sana mencari gulungan Taurat. Dalam waktu singkat, USCJ menemukan salah satu kongregasi yang tidak berfungsi di Pennsylvania. Tapi Sniderman juga menghubungi presiden Beth Tzedek di Edmonton, sebuah kongregasi Konservatif kecil yang baru saja ditutup, untuk mengetahui apakah dia akan mempertimbangkan untuk menyumbangkan salah satu gulungan Taurat. Sniderman mendapat jawaban "ya."
Sniderman kemudian mendapat tugas untuk mendampingi gulungan Taurat dari Edmonton ke Atlanta. Di sana, gulungan Taurat itu akan diserahkan Rabi Kunin, yang selanjutnya akan membawa gulungan Taurat itu ke Indonesia. Rabi Kunin akan membawa dua gulungan Taurat, yaitu gulungan Taurat yang disumbangkan oleh sinagoge di Edmonton dan gulungan Taurat yang disumbangkan oleh sinagoge di Pennsylvania. Snideraman mencoba pergi ke West Edmonton Mall, mencari koper yang bisa mewadahi gulungan Taurat. Tetapi tidak ada yang cocok. Akhirnya ia menemukan solusi lain. Ia menggunakan tas peralatan golf yang sering ia lihat dipakai para pegolf kala bepergian. Sebelumnya, gulungan Taurat itu dibungkus dengan belasan tallitot (sejenis kain tenun keagamaan Yahudi) yang juga akan disumbangkan bagi komunitas Yahudi di Indonesia. "Saya tidak bisa tidak mengagumi dedikasi dan keberanian orang-orang Yahudi Timika (dan semua orang Indonesia). Sebagai minoritas yang sangat kecil mereka hidup di pulau-pulau kecil yang dikelilingi oleh umat Islam, Kristen dan tradisi lainnya. Tidak ada seorang pun di dekatnya yang berdoa atau percaya seperti mereka, dan pengaruh Islam dan Kristen terlihat di mana-mana di Timika, Ambon dan Manado. Terlepas dari tantangan ini, komunitas Yahudi di Indonesia berkomitmen dan bersemangat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar