Tanggal 15 Januari, sudah masuk pertengahan bulan Rabiulakhir. Perayaan Maulidur Rasul masih banyak diadakan di berbagai wilayah di Aceh. Karena memang kebiasaannya Kenduri Maulid akan berlangsung sampai sebulan setelah Rabiulawal berakhir. Kondisi ini ternyata juga diteruskan oleh masyarakat Aceh yang menetap di Kuala Lumpur. Siang tadi, saya berkesempatan ikut merasakan kemeriahan perayaan tersebut.
Berdasarkan netralitas.com, Maulidur Rasul Akbar diadakan setiap tahun oleh Komunitas Masyarakat Aceh Malaysia. Seluruh masyarakat Aceh yang ada di sekitar Kuala Lumpur, umumnya, tidak melepaskan peluang hadir memeriahkannya. Tidak terkecuali kami sekeluarga. Sedikit berjalan kaki menuju deretan kemah yang lumayan panjang. Hampir seluruh Lorong Raja Bot tersebut dipenuhi meja-meja dengan kursi yang ditata dan disusun seperti layaknya kenduri di kampung nenek saya di Pidie. Deretan botol air mineral dan tisu disusun rapi di setiap meja. Pemandangan lain yang mengagumkan adalah antrian panjang di semua meja hidangan bagian lelaki. Bahasa Aceh mulai berseliweran di telinga. Seperti pulang kampung jadinya. Hahahha. Kami terus berjalan menuju panggung utama. Bukan untuk duduk di kursi VIP lho...hahhaha. Tapi, meja hidangan untuk perempuan adanya di samping panggung utama. Hahhah. Antrian di bagian perempuan tidak sepanjang di bagian lelaki. Hanya dalam masa beberapa menit saya dan Azizah sudah mendapatkan hidangan mantap khas Kenduri Maulid di Aceh. Gule Boh Panah atau Gulai Nangka. Walaupun isinya bukan nangka...hahhah, tapi namanya tetap lebih mantap kalau disebut Gulai Nangka. Nangkanya diganti kentang. Bahan utama lain adalah daging lembu. Bau harumnya sudah menggoda selera, menggugat iman, melupakan niat untuk kurus sejenak. Hahhaha. Menurut info yang diberikan panitia, chefnya didatangkan khusus dari Padang Tiji, Pidie, Aceh. Patutlah rasanya memang sebijik macam kat Aceh...gitulah kalau Upin Ipin bilang. Menunya sederhana, tapi luar biasa rasanya. Apalagi feel rindu kampung dan sudah lama sekali tidak merasakan mood maulid di kampung, jadinya semua rasa, sedaaap di mulut. Walaupun cuma nasi putih dan kuah boh panah. Ditambah dua potong semangka. Nikmatnya luar biasa. Dari cerita beberapa orang yang duduk semeja, mereka bilang, menu kali ini sedikit, biasanya macam-macam ada. No problemlah menunya sedikit, bagi saya ini sudah nikmat yang luar biasa. Terima kasih Tuhan, untuk kesempatan ini. Sambil menghabiskan hidangan, di pentas utama telah berlangsung pembukaan program. Diawali bacaan doa, dilanjutkan pembacaan ayat-ayat suci Al Qur'an. Sepatah dua kata dari Ketua Komunitas Masyarakat Aceh Malaysia, Tuan Haji Mansur Usman, juga dari Dubes KBRI-KL, Herman Prayitno, dan diakhiri ucapan peresmian oleh Datuk Johari Abd Gani, Ahli Parlimen Titiwangsa, sekaligus Menteri Keuangan Kedua Malaysia. Kami mengikuti program sampai peresmian saja, karena harus segera pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar