Badan Kesehatan dan Sosial Kemanusiaan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat menyelenggarakan Orientasi dan Fasilitasi Penggerakan Kelompok Masyarakat Binaan di wilayah se-Jabodetabek di Sahati Hotel Jakarta Selatan, 4 November 2017, seperti diwartakan dari laman phdi.or.id. Kegiatan Orientasi dan Fasilitasi Penggerakan Kelompok Masyarakat Binaan merupakan tindak lanjut kerjasama antara PHDI dengan Kementerian Kesehatan RI tahun 2017. Ada dua program yang digalakan dalam kegiatan Orientasi dan Fasilitasi Penggerakan Kelompok Masyarakat Binaan yaitu pertama Pembentukan Kelompok (Komunitas) Yoga di Pura serta Pasraman dan kedua Kawasan Pura Tanpa Asap Rokok (PUTAR).
Ketua Badan Kesehatan dan Sosial Kemanusiaan PHDI, drg. Nyoman Suartanu menyampaikan kegiatan Orientasi dan Fasilitasi adalah kegiatan lanjutan dari beberapa kegiatan yang sudah sebelumnya. Menurut Nyoman Suartanu kesehatan sangat penting bagi individu manusia. "Mengapa perlu sehat. Di dalam tubuh yang sehat itu ada jiwa yang sehat," ujarnya. Nyoman Suartanu menambhakan, kesehatan adalah modal dasar dan merupakan investasi. "Kesehatan adalah tanggungjawab bersama. Kesehatan adalah hak asasi. Kenapa hak asasi karena merupakan tanggungjawab pemerintah dan kita bersama," ujarnya. Menurut Nyoman Suartanu kesehatan menjadi tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. "Ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis," jelasnya. Nyoman Suartanu berharap kegiatan Orientasi dan Fasilitasi ini tidak hanya sebatas gerakan sehari saja tetapi berkelanjutan. "Kegiatan ini harus berkelanjutan. Nanti kami dari Badan Kesehatan akan mengikutinya," ujar Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Kemanusia PHDI Pusat itu.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Harian PHDI Pusat, Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya dalam sambutannya menyampaikan dalam ajaran Tri Upaya Sandhi untuk mengenali kondisi seseorang hanya dengan melihat raut wajahnya. "Kalau raut mukanya berseri, senyum berarti tidak ada masalah. Tapi kalau cemberut, kusut nah ini ada masalah dengan kesehatannya," ujarnya. Wisnu Bawa Tenaya menambahkan, kesehatan adalah yang terpenting dan utama. "Kesehatan itu sangat utama. Makanya ada 'mens sana in corpore sano' artinya dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Jadi bukan men nyoman (ibu nyoman) men ketut (ibu ketut) gelem-geleman (sakit-sakitan)," ucapnya. Di akhir sambutannya, Wisnu Bawa Tenaya mengajak umat Hindu untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). "Mari kita sampaikan kepada umat agar menerapkan perilaku sehat. Biar semua umat kita sehat bugar sejahtera. Fisiknya sehat, mentalnya oke," ujarnya.
Direktur Urusana Agama Hindu Kemenag RI, Drs. I Wayan Budha, M.Pd dalam paparan materinya tentang 'Rokok Menurut Hindu' mengatakan bahwa Hindu melarang umatnya untuk merokok. Sebab rokok, kata dia, adalah makanan yang sifatnya rajasika. "Hindu menyarankan umatnya untuk memakan makanan yang sattwika," ujarnya. Wayan Budha menambahkan, kalau dilihat Hindu memang menggunakan rokok sebagai salah satu sarana dalam upacara. Namun menurut Wayan Budha, ada yang salah dalam pemanfaatannya. "Rokok memang dijadikan sebagai sarana upacara. Rokok dipersembahkan kepada leluhur. Tapi yang salah lungsuran rokok kita yang pakai sekarang. Itu yang keliru," jelasnya.
Sementara itu, praktisi yoga dari Marlandeya Yoga Indonesia Made Bagus mengatakan yoga memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Made Bagus mengatakan, yoga bukan hanya tentang pose-pose yang berat-berat tetapi dengan pengaturan nafas juga adalah yoga. "Yoga bukan hanya tentang gerak tubuh. Harus bisa pose ini dan itu. Tapi sederhana saja. Dengan mengatur nafas dengan baik sesungguhnya kita sudah melakukan yoga," ujarnya. Made Bagus menambahkan, dengan yoga kita dapat mengotrol segalanya baik itu rasa amarah, nafsu, sedih, bahagia. "Orang kalau emosi pasti nafasnya pendek. Begitu juga kalau lagi sedih, menangis pasti nafasnya tersendat-sendat. Tapi kalau kita melakukan pranayama atau pengaturan nafas maka itu bisa diatasi," pungkasnya.
Dua kegiatan yang akan digalakkan pada tahun 2017 dengan membentuk kelompok Yoga dan Pura Tanpa Asap Rokok (PUTAR). Kedua kegiatan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara berkelanjutan di masing-masing wilayah (Pura dan Pasraman). Sebanyak tiga puluh Pura dan Pasraman yang mengikut kegiatan Oriantasi dan Fasilitasi dari wilayah Jabodetabek. Kedua kegiatan tersebut mendapat sambutan yang baik dan dukungan dari PHDI wilayah Kabodetabek, Suka Duka Hindu Dharma (Banjar) wilayah Jabodetabek dan Pengempon Pura masing-masing wilayah. Para peserta yang hadir menyatakan siap menerapkan dua kegiatan tersebut guna mewujudkan masyarat Hindu yang sehat. Setelah kegiatan Orientasi dan Fasilitasi tersebut, masing-masing peserta akan melaksanakan kegiatan fasilitasi secara serentak di Pura dan Pasraman masing-masing. Kegiatan fasilitasi di wilayah masing-masing akan diisi dengan soialisi GERMAS (Gerakan masyarakat hidup sehat) dan Yoga massal. Hadir dalam kegiatan Orientasi dan Fasilitasi, perwakilan Direktorat Promosi Kesehatan (Promkes) Kementerian Kesehatan RI, Ira Octaviana, Direktur Urusan Agama Hindu Kemenag RI, Drs. I Wayan Budha, M.Pd, Ketua Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM, Made Awanita, S.Ag., M.Pd, perwakilan PHDI wilayah Jabodetabek, SDHD (Banjar) Jabodetabek, Pengempon Pura Jabodetabek, Pasraman Jabodetabek, dan undangan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar