Sunda Wiwitan

Berikut ini keterangan diambil dari pustaka "Buku rujukan semua aliran dan perkumpulan agama di Indonesia" (Singaraja: Toko Buku Indra Jaya, 2017) oleh Dr. Igor Popov, LLM

The following information is taken from a book, "The Reference Book on All Religious Branches and Communities in Indonesia" (Singaraja: Toko Buku Indra Jaya, 2017), by Dr. Igor Popov

Seren Taun Sunda, Cigugur (www.foto.kompas.com)

Sunda Wiwitan (Jatisunda, Buhun): Adalah agama Sunda tradisional masih laksanakan di beberapa kelurahan pegunungan Kendeng, Banten dan Jawa Barat antara lain: Cigugur (Kuningan), Ciptagelar (Sukabumi), Sindang Barang (Bogor), Ciparay (Bandung), Kranggan (Jati Sampurna, Bekasi), wilayah sub-suku Sunda yang Urang Kanekes (Baduy) di Lebak dan Pandeglang (khususnya 3 desa Kanekes Dalam yang disebut Tanah larangan), dll. Kerajaan Sunda Tarumanagara di Jawa Barat (Th 358-669) pernah menjadi salah satu negara Hindu tertua di Nusantara, lantaran itu agama Sunda mengisikan unsur-unsur Hindu. Salah satu tokoh gerakan agama Sunda Pangeran Madrais (1832-1939, nama disingkat dari Muhammad Rais), bangsawan kesultanan dari Keraton Gebang, semula muslimin, nanti berpaling ke agama tradisional, sekira pada th 1885 pembentuk jemaah pertama dari gerakan keagamaan dan sosial Igama Djawa Soenda Pasoendan di Cigugur, putranya Tedjabuana kelak berdirinya gerakan kembali dengan nama Agama Djawa-Sunda (ADS alias Madraisme) di Cigugur pada th 1948 yang telah dilarang pada th 1964; cucunya Pangeran Djatikusuma mendirikan badan "Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang" (PACKU) di th 1981 sebagai kelompok kepercayaan yang sudah di th 1982 dilarang. Sub-suku Kanekes punya kaum pendeta Pu'un. Kitab Suci bernama Sanghyang siksakanda ng Karesian (Buku berisi aturan untuk menjadi resi) disimpan dalam manuskrip Th 1518. Menurutnya dan legenda-legenda Sunda, Tuhan Tertinggi ialah Sang Hyang Kersa (Mahakuasa) atau Nu Ngersakeun (Menghendaki) atau Gusti Nu Maha Suci, manifestasinya yang bernama Batara Tunggal, Batara Jagat dan Batara Seda Miskala (Yang Gaib), dari Dia menjadi semua dewa-dewi (Siwa, Brahma, Wisnu, Indra, Yama, Sri, Sunan Ambu (Dewi Ibu). Tempat-tampat sucinya (kabuyutan) antara lain: Candi Cangkuang, Arca Domas, punden berundak tua, rumah Pangeran Madrais di Cigugur (Gedung Paseban Tri Panca Tunggal). Perayaan terbesar ialah Seren Taun (Tahun Baru) dengan korban nasi untuk Dewi Pwah Aci (atau Nyai Pohaci) Sanghyang Asri (Sri) dan suaminya Kuwera, Dewa kemakmuran, izin resmi untuk upacara ini hanya dapat dilaksanakan pada th 2006 seusai sekali di th 1978.
■Adat Karuhun Urang (AKUR) adalah seorganisasi kepercayaan Sunda beraliran agama Djawa-Sunda (Madraisme) yang berpusat di desa Cigugur, Kuningan, didaftar pada 1999 oleh Pangeran Djatikusuma sebagai pengganti badan Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang (PACKU) (Bahan dari Dr. Igor Popov, LLM)

Di Gedung Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur (www.megawatiinstitute.org)

Kaum muda Sunda Wiwitan (www.crcs.ugm.ac.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar