Banyak Pengempon Pindah Agama, Pura Ini “Mengungsi” Setengah Abad

Berada di Pura Dalem Padonan yang terletak di tengah persawahan dan dikelilingi pepohonan, terasa hening dan sejuk. Melihat areal dan kondisi palinggihnya, terkesan pura ini tergolong baru. Setelah ditelusuri, ternyata pura ini sempat “mengungsi” selama setengah abad karena pengemponnya banyak yang pindah agama.

Kondisi Pura Dalem Padonan Banjar Umacandi, Desa Buduk, Badung, dengan palinggih baru ini, akan memicu orang berpikir bahwa pura ini baru dibangun. Apalagi kawasan pura masih berupa tanah, pagarnya bukan berupa tembok, tentu menjadi lumrah berpikir seperti itu. Posisi yang berada di tengah sawah juga menyebabkan orang awam akan berpikir ini adalah pura baru. Pemangku Pura Dalem Padonan, Jro Mangku I Wayan Dani, 74, menceritakan bahwa sesungguhnya Pura Dalem Padonan adalah pura yang sudah lama berdiri. Bahkan, dirinya yang kini menginjak usia kepala tujuh, sudah melihat ada pura itu sejak kecil. Lalu, bagaimana ceritanya pura yang sudah ada lama ini, areanya masih seperti baru?
 “Ida Batara yang mayoga (berstana) di Pura Dalem Padonan pada tahun 1959 dituntun (dipindah) ke Pura Blong Catu. Ida dituntun ke Pura Blong Catu karena lokasi pura kala itu susah dijangkau dari pemukiman,” ujarnya kepada Bali Express (Jawa Pos Group) saat ditemui di kediamannya awal pekan kemarin. Selain karena lokasinya yang jauh, lanjut Jro Mangku I Wayan Dani, faktor pindah agamanya sejumlah warga ke agama Kristen membuat jumlah pangempon berkurang. Dikatakannya, untuk mengurangi beban pangempon (yang bertanggung jawab) kala itu, akhirnya diputuskan untuk menuntun Ida ke Pura Blong Catu yang aksesnya dekat dengan pemukiman warga. Praktis semenjak tahun 1959, lokasi Pura Dalem Padonan tidak terlalu terawat. Jro Mangku I Wayan Dani menjelaskan, agar area pura tidak ditumbuhi pepohonan besar selama Ida Bhatara berstana di Pura Blong Catu, maka dia menanam pohon pisang. Hasil dari panen pisang itu dipergunakan untuk keperluan upacara di Pura Dalem Padonan. Setelah lebih kurang setengah abad berlalu, pura yang diempon 29 Kepala Keluarga (KK) ini, diputuskan untuk menuntun Ida Bathara yang malinggih di Pura Blong Catu kembali ke yogan (stana) sebelumnya. “Saat itu area pura sudah dipenuhi dengan pohon besar, bahkan akar pohonnya ada yang melilit di gedong pura,” terang Jro Mangku I Wayan Dani yang didampingi istrinya, Jro Mangku Istri Ni Luh Rasmen, 74. Akar pohon yang besar membuat posisi gedong tetap utuh, tidak rubuh. Pohonnya pun juga lumayan tinggi. Pangempon pura selanjutnya  mulai melakukan perabasan pohon dan rumput. Namun sebelumnya Jro Mangku I Wayan Dani memohon ke Ida Bhatara agar semua berjalan lancar. “Awalnya ingin memakai jasa orang untuk menerabas itu, namun diputuskan  dilakukan secara swadaya. Dengan gotong royong selesai juga, walau pekerjaanya berat ,” paparnya. Selama proses itu juga, keberadaan pura sempat dilaporkan ke tim purbakala, dan datang  beberapa orang melakukan survei. Awalnya Jro Mangku I Wayan Dani mengira akan ada tindak lanjut, namun tidak ada kelanjutan, dan akhirnya dibuat bangunan baru di Pura Dalem Padonan. “Saat proses pembangunan pura ada program pembuatan jalan paving, kami pun mengusulkan dan dapat bantuan. Sehingga akhirnya akses jalan yang cukup jauh ke pura bisa bagus,” jelas pria tiga anak ini.
 Bahkan warga yang memiliki carik (sawah) menyumbangkan lahannya untuk jalan menuju ke pura, sehingga jalan lumayan lebar. Sisa-sisa bangunan pura menjadi patokan bagi pangempon pura untuk membangun palinggih. Mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pun membantu pendanaan pembangunan pura dengan membuat acara bazar. Jro Mangku I Wayan Dani mengatakan, pembangunan pura juga mendapat sumbangan dari salah satu anggota dewan, di samping  dari swadaya pemaksan. “Masih banyak sekali belum selesai, seperti padma capah sebanyak tiga, Ratu Made dan Ratu Bagus masih berupa turus lumbung, jaba sisi belum juga digarap, pagarnya juga,” bebernya. Hingga kini palinggih yang baru selesai dibangun adalah gedong stana Ratu Gede Dalem Putus perlambang Dewa Siwa, gedong stana Ratu Biang sebagai lambang Dewi Uma. Kemudian ada Padmasana dan Meru Tumpang Tiga, serta sebuah Palinggih Papelik. “Selesai pembangunan kami laksnakan upacara mlaspas pada tahun 2017,” ucapnya. Ditambahkannya, di Pura Dalem Padonan khusus bagi anak baru pertama kali, maka akan ada mapinton, membawa sarana prasdaksina. Setelah itu, baru boleh  mengajak anak sembahyang. “Jika ke pura, harus jaga etika jangan sombong karena konon ular poleng bisa muncul di depan orang yang sombong di pura,” pungkas Jro Mangku I Wayan Dani. Piodalan Pura Dalem Padonan  jatuh pada purnama setelah Kuningan. Tepatnya, purnama saat triwara peteng. Jika purnama jatuh pada kajeng atau pasah, maka piodalan akan dilaksankan pada triwara peteng usai purnama. 

1 komentar:

  1. Selamat Datang di Bidayy Tekno Kami, sebuah website untuk mendownload dan membeli lisensi idm dan windows 10,11 premium

    BalasHapus