Mgr Leo Laba Ladjar OFM tahbiskan sembilan imam Gereja Misioner di tengah goyang adat

Prosesi meriah dengan goyang adat disertai suara khas warga Papua terlihat dari depan sebuah hotel menuju sebuah gereja. Warga berpakaian adat dari berbagai etnis (Tanimbar, Kei, Flores, Kupang, Toraja, Migani, Mee, Wamena) memenuhi jalan mengantar para diakon. Dalam perarakan itu, kelompok laki-laki suku Mee, Papua, menjunjung dua diakon asli Paniai dari suku Mee yakni Hubertus Magai Pr dan Benyamin Keiya Pr dalam sebuah yamewa (tandu dalam bahasa Mee).

Menurut Frater Petrus Вода Pr, Mengikut, seperti pemberitaan dari laman "penakatolik.com", "Yamewa adalah rumah yang dibuat secara khusus untuk kedua diakon sebagai simbol tempat pertemuan antara Allah atau leluhur dengan orang yang ditentukan untuk duduk di dalamnya. Simbol penyerahan diri seutuhnya kepada Allah. Orang yang duduk dalam yamewa adalah milik kepunyaan Allah. la sudah tahu norma-norma budaya karena itu ia tidak bisa menjalin hubungan dengan perempuan karena rumah itu dikhususkan hanya untuk lelaki sejati."
Yamewa yang dijunjung, lanjut frater asal Mee itu, mengartikan bahwa orang yang berada dalam yamewa menjadi perantara atau penengah antara Allah dengan umat-Nya. "Mereka yang jadi imam memiliki tugas menghantar keluh kesah umat kepada Allah," jelas frater itu.
Hari itu, Hari Raya Kenaikan Tuhan, 30 Mei 2019, di halaman Gereja Kristus Juru Selamat Kotaraja, Jayapura, Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar OFM menahbiskan sembilan imam muda, lima imam diosesan Keuskupan Jayapura (Hubertus Magai Pr, Kleopas Sondegau Pr, Yanuarius Yelipele Pr, Benyamin Keiya Pr, Meky Mulait Pr) dan empat imam Ordo Fransiskan (Viktorianus Bata OFM, Laurensius Resi OFM, Philipus Elosak OFM, Petrus Tri Andika Rumwarin OFM). Tujuh diakon lainnya berjalan kaki bersama umat dalam perarakan itu.
Menurut Frater Yuvensius Belau Pr, adik dari Diakon Kleopas, keluarga dan masyarakat adat suku Migani di Kabupaten Intan Jaya, "telah lama merindukan sosok imam yang bisa menggantikan Almarhum Pastor Anton Belau OFM. Sejak lama mereka kehilangan orang pertama yang meniti jejak hidup Pastor Misel Kamaler OFM, misionaris pertama yang menghadirkan kabar sukacita Injil dan benih panggilan di tanah Migani."
Umat etnis Migani, lanjut Frater Yuvensius, mengungkapkan kegembiraan tidak hanya saat penahbisan, tetapi perasaan gembira telah dirajut bersama dalam keluarga. "Berulang kali mereka mempersiapkan nyanyian dan tarian adat khas Migani di kampung hingga penjemputan Diakon Kleopas di gereja Paroki Kotaraja. Nyanyian khas yang dilantunkan penuh perasaan dalam bahasa Migani mengartikan bahwa ada rasa syukur dan terima kasih kepada Almahrum Pastor Misel Kamaler OFM yang telah membawa kabar sukacita bagi mereka," jelas frater itu.
Saat para diakon termasuk Diakon Kleopas diserahkan kepada Gereja Katolik yang diwakili oleh Mgr Leo Laba Ladjar OFM, masyarakat adat suku Migani terharu hingga meneteskan air mata, meski mereka bernyanyi dan bergoyang dalam adat Migani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar