LEBARAN TOPAT: KERUKUNAN UMAT ISLAM DAN HINDU DI LOMBOK

Foto dari guidelombok.com
Hari ini, 2 Juli 2017, Minggu (bulan purnama keenam tahun Saka, yakni seminggu setelah Idul Fitri, selesai menunaikan puasa sunnah bulan Syawal) di seluruh pulau Lombok dirayakan Lebaran Topat atau Perang Topat (ketupat) sebagai syukur peringatan ulang tahun dan untuk memohonkan hujan dan kemakmuran. Hari Raya ini berasal dari adat Sasak kuno dan tetap dilaksanakan setelah penyebaran agama Islam di pulau baik umat Muslim Sasak walaupun orang Bali Hindu. Salah satu tempat upacara teristimewa adalah Pura Lingsar, tempat kerukunan umat Islam dan Hindu di Lombok (namanya berarti Suara air dalam bahasa Sasak). Berikut kami petikan bahan dari laman id.lombokindonesia.org tentang tempat itu.
 Mengujungi Pura Lingsar akan memberikan pandangan baru pada Anda, tentang keharmonisan serta kerukunan umat beragama. Bersumberkan laman id.lombokindonesia.org, bagi masyarakat Pulau Lombok, Pura Lingsar merupakan simbol kerukunan bahkan keharmonisan antar umat beragama, yaitu antara Hindu Bali-Lombok dengan Islam Sasak-Lombok. Pura Lingsar dibangun sekitar tahun 1714 oleh seorang pendatang dari Bali. Keberadaan Pura Lingsar yang sekarang telah mengalami banyak renovasi.
 Sebelum Anda memasuki area bagian dalam Pura Lingsar, Anda akan melewati sebuah taman dan kolam kembar yang dipenuhi dengan teratai. Di area dalam, Pura Lingsar terbagi menjadi tiga bangunan utama. Yaitu Gaduh, Kemaliq dan Pesiraman. Gaduh merupakan tempat suci bagi umat Hindu. Di area ini Anda akan menemui empat percabangan yang melambangkan Dewa-dewa yang menghuni dua gunung. Percabangan yang mengarah ke Timur adalah tempat pemujaan untuk dewa yang menghuni Gunung Rinjani. Sedangkan yang mengarah ke Barat adalah tempat pemujaan untuk dewa yang menghuni Gunung Agung. Ditengah percabangan ini ada dua persinggahan yang menyatu (gaduh) dan merupakan gabungan kedua percabangan tersebut.
 Jika Anda menuruni anak tangga yang berada di depan Gaduh, Anda akan menemui pintu masuk Kemaliq. Bangunan ini merupakan tempat suci bagi pemeluk Islam Wetu Telu. Namun pemeluk Hindu juga diperbolehkan beribadah di tempat ini.
 Di area Kemaliq ini, terdapat sebuah kolam kecil yang dihuni oleh Ikan Tuna. Ikan-ikan ini dianggap suci oleh masyarakat setempat. Menurut mitos, ikan-ikan tersebut merupakan jelmaan dari tongkat milik Datu Milir, seorang raja Lombok yang berdoa di tempat ini untuk memohon hujan. Masyarakat Hindu dan Islam Wetu Telu percaya bahwa jika Anda melihat Ikan Tuna tersebut, Anda akan mendapatkan keberuntungan. Anda bisa membawa sebuah telur rebus jika Anda ingin melihat ikan ini. Di kolam tersebut Anda juga bisa menyebutkan permohonan, serta melemparkan koin ke dalam kolam dengan tujuan agar permohonan Anda akan terkabul.
 Di sisi lain seberang dinding, Anda akan menemui sembilan pancuran. Empat buah pancuran masih berada di area Kemaliq, sedangkan lima lainnya berada di area Pesiraman. Pesiraman merupakan tempat untuk membasuh dan menyucikan diri. Air dari pancuran-pancuran tersebut dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Foto dari thelangkahtravel.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar